Pikiran yang Melayang

Terkadang kita tidak dapat menyadari sepenuhnya, apa yang telah kita katakan dan perbuat. Ada kalanya dimana otak tak punya kendali atas apa-apa saja yang dikatakan oleh mulut serta apa-apa saja yang dinyatakan oleh tubuh melalui gerakan dan ekspresi. Hal itu dilakukan secara spontan dan terjadi begitu saja. Disaat itu, kita tak sempat memegang kendali atas diri kita sendiri. Hingga kemudian secara tak sadar, seketika kita berbelok atau bahkan menabrak sesuatu.

Tak beruntungnya, kita baru menyadari hal itu setelahnya. Setelah kesalahan terlanjur terjadi. Setelah kesan telah terlanjur tertandai. Nampaknya, pikiran rasional kita baru saja tersadar dari tidur lelapnya. Otak kita seolah baru hadir bak pahlawan kesiangan. Yang tak merubah apa-apa kecuali suatu pembelajaran. Namun waktu tak dapat diputar kembali. Mau tak mau keadaan atas diri sendiri harus diterima, secara jujur dan arif.

Seperti melayang tak menyentuh dasar. Terbang ke awang-awang. Begitulah dalam benak terasa. Karena suatu hal, dalam waktu singkat terciptalah sekat tebal. Yang menjadi batas pemisah antara rasionalitas dan emosi. Sekat tebal menyebabkan emosi menjadi tak dapat berjalan beriringan bersama rasionalitas. Hingga akhirnya secara sembrono emosi melakukan segalanya yang ia mau. Segalanya yang ia anggap benar saat itu-dalam persepsi lokalnya. Pertimbangan untuk melakukan A dan B tak didasarkan pada perhitungan yang presisi. Semuanya spontan dan begitu saja dilakukan. Semuanya dilakukan benar-benar sesuai kehendaknya yang kitapun juga tak pernah tahu apa alasannya.

Emosi dengan kekuatan supernya pun turut menguasai fisiologi tubuh, perilaku dan ekspresi. Tubuh memberi respon yang aneh ketika emosi menguasai. Terdengar pula dentuman cukup keras dari pusat tubuh yang secara frekuensi bertambah cepat seiring berlangsungnya pembajakan oleh emosi. Semuanya turut dipengaruhi dan ditundukkan.

Namun jangan pernah berpikir bahwa rasa amarahlah yang selalu ditimbulkan oleh emosi. Emosi jauh lebih luas dan kaya. Emosi menyimpan jutaan misteri yang kita tak pernah tahu. Sekat emosi-rasionalitas yang muncul secara tiba-tiba juga tak pernah kita tahu dan tak pernah dikehendaki kedatangannya. Sekuat apa pun kita menolak, akan tetap saja selalu hadir, entah kapan.

Yang bisa kita lakukan saat ini adalah mencoba berdamai dengan emosi dan berkenalan dengan diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram