Harapan Itu Pasti Terwujud


Banyak tugas, laporan praktikum, semua numpuk.Belum lagi kesibukan organisasi: Himpunan Jurusan, BSO, Sub Bidang dan komunitas-komunitas lain yang jumlahnya setahu saya paling banyak di teknik, bahkan mungkin di tingkat universitas.
Semuanya sibuk. Tambah lagi tugas angkatan seperti Event olahraga Jurusan, Suporteran dan lain sebagainya. Intinya, kuliah di sini terasa sangat sibuk.


Bagi sebagian orang menganggap ini adalah sebuah rutinitas dijalani mengalir seperti air. Yang entah kemana dibawa olehnya, pokoknya kuliah, lulus, cari kerja di BUMN Karya atau ditempat-tempat lain di bidang Pertambangan, atau bahkan dibidang lain yang tidak ada hubungannya dengan sipil. Ya, kita memang berada dizona nyaman kita. Yang terpenting adalah dapat lulus dengan nilai yang memuaskan dan dapat jaminan kerja. Itu saja cukup.

Entah mengapa, atau hanya perasaan saya saja atau mungkin ini adalah hal kecil yang saya besar-besarkan, lingkungan ini amat berbeda dengan lingkungan diluar sana. Entah karena perbedaan Sumber Daya Manusia ataupun SDM disini kita tengah terjebak dalam lingkungan yang awalnya terbentuk kurang begitu baik. Kultur hedon yang melekat tanpa diimbangi dengan peningkatan prestasi di bidang perlombaan, ditingkat apapun. Keinginan untuk mencapai sebuah pencapaian terasa belum terwujud. Kita terlalu asik di rumah sendiri dan lupa akan dunia luar yang begitu luas dan menarik untuk kita jelajahi lebih jauh. Lomba paper nasional dan internasional, PKM, Lomba bangunan Gedung Indonesia, Lomba Jembatan Indonesia, dan banyak Lomba-lomba ketekniksipilan yang lain yang diadakan oleh beberapa universitas Terbaik diindonesia jarang kita ikuti. Nama kita saja jarang tercantum, bahkan sebagai peserta. Apalagi juara?

Kita tengah terjebak dengan nama besar yang kita sandang saat ini. Namun apakah dengan output yang seperti ini kita telah membuktikan nama besar kita? Saya rasa untuk saat ini TIDAK. Walaupun saya belum tahu mendetail kiprah lulusan kita secara keseluruhan. Sebatas yang saya tahu, lulusan kita tidak terlalu mendominasi pasar pekerjaan baik di pemerintahan (pegawai negeri) ataupu di beberapa perusahaan BUMN Karya di Indonesia. Itu kata salah satu dosen saya. Kenyataannya saya kurang begitu tahu. Namun semoga kekhawatiran saya ini kurang tepat. Yang pasti yang bisa kita lakukan saat ini adalah meningkatkan daya saing kita melalui aktivitas bermanfaat ketika masa kuliah yang itu dapat meningkatkan kemampuan softskill kita. Sehingga kita benar-benar siap bersaing dengan universitas Lain sebelum nanti saat lulus. Mungkin salah satunya dengan cara mengikuti event-event perlombaan ketekniksipilan.
 
Beberapa kali saya membicarakan tentang ini bersama beberapa kawan yang menurut saya punya angan-angan yang sama. Ternyata memang benar apa yang saya rasakan selama ini. Ini semua nyata. Kami sangat kesuitan untuk membangun kultur itu. Dengan berbagai kesibukan yang membelit kita jarang menyempatkan waktu untuk membuat karya untuk bangsa, minimal sebuah proposal pengajuan dana hibah PKM atau Penelitian untuk diajukan ke dikti. Ah, boro-boro membuat itu, dikala waktu senggang datang kita lebih memilih untuk manfaatkannya untuk belajar suatu mata kuliah, istirahat, nonton film, baca anime dan jalan-jalan untuk sekedar merefresh otak. Selebihnya kami harus menyicil kembali tugas-tugas dan laporan kita, lagi, lagi dan lagi.
Sependapat atau tidak ini adalah yang saya rasakan disini.

Namun pertanyaan adalah jika kita merasa sangat sibuk di sini, benarkah kita sudah tidak sempat lagi untuk duduk-duduk bersantai sambil ngrokok dan ngobrolin ini itu?, Tidur seharian dan mengobarkan kuliah kemudian titip absen?, Main Game online?
Pastilah seberat-berat tugas ada beberapa space waktu yang bisa kita manfaatkan untuk hal-hal lain diluar perkuliahan. Kenyataannya kita masih sempat melakukan hal-hal yang saya sebutkan diatas. Kita sebenarnya tidak sibuk, sama sekali. Kita masih banyak waktu luang. sekali lagi KITA TIDAK SIBUK. 

***
Apalagi yang kurang dari kita? bimbingan dari dosen? Sebenarnya, posisi kita amat diuntungkan dengan keberadaan bapak-ibu pengajar yang luar biasa hebat. Tidak perlu ditanya berapa jumlah dosen dengan titel guru besar disini, amat banyak!. Kapasitas keilmuan jiga tidak diragukan lagi. Namun apakah itu semua berbanding lurus dengan prestasi mahasiswa? Menurut saya belum. Beberapa pertanyaan parameter muncul, antara lain: Berapa judul PKM yang lolos dari jurusan ini? Berapa jumlah pemenang lomba setiap tahunnya, disemua ajang? Berapa mahasiswa dikirim ke luar negeri untuk mewakili jurusan di lomba paper tingkat internasional? Ya, itu adalah parameter-parameter yang menurut saya dapat dijadikan acuan jika kita membicarakan tentang prestasi mahasiswa.

Sekali lagi, yang saya tekankan disini adalah tentang semangat berkarya yang kurang dari kita serta kepekaan kita dengan lomba-lomba yang ada diluar sana, tidak lebih dari itu.  

Apalagi yang kurang dari kita? Fasilitas? saya rasa tidak. Jika kita akan mengikuti sebuah lomba kita bisa dengan mudah membuat surat ke laboratorium untuk mengadakan penelitian. Ataupun dari segi pendanaan, walaupun tidak terlalu besar, sebenarnya jurusan telah memberi lampu hijau kepada mahasiswa yang ingin mengajuka proposal lomba kepada jurusan. Dana akan diusahakan, bahkan jika harus memakai dana Hibah alumni.

 Sudah sangat jelas, kita tidak bisa mengkambing hitamkan hal-hal seperti diatas. Yang kurang adalah minat mahasiswa itu sendiri. Jika kita mau, pasti ada jalan.

***
Perasaan ini sudah saya rasakan sejak lama, bahkan semenjak saya menjadi maba. Hal inilah yang membuat saya terdorong untuk mengembangkan sebuah komunitas untuk mengembangkan softskill di bidang perlombaan dan peningkatan kultur berkarya  mahasiswa. Karena keadaan ini tidak bisa dibiarkan lagi. Kita harus segera berbenah diri dan segera membangun semangat-semangat berkarya secara bersama –sama.

Saya berharap kita semua segera tersadar dari tidur yang berkepanjangan ini. Kita semua segera menyadari ketertinggalan kita dibandingkan kawan-kawan kita diluar sana yang telah menorehkan banyak prestasi untuk kebanggaan almamaternya. Memang harus kita akui kita tidak lebih baik. Namun itu bukanlah suatu masalah besar, Kita masih punya harapan besar. Peluang terbuka lebar untuk kita, Sumber daya manusia tidak diragukan dan kita harus memanfaatkan peluang –peluang yang ada ini untuk meraih keberhasilan. Tinggal bagaimana kita mendewasakan diri kita untuk lebih peka terhadap arti penting suatu karya.

Kita bisa, tidak ada yang tidak mungkin, jika kita lakukan dengan maksimal dan niatan yang lurus. Saya berharap berawal dari tulisan saya ini timbul semangat semangat baru untuk berkarya lebih banyak lagi untuk diri kita sendiri dan umumnya sebagai bentuk kontribusi untuk Indonesia. Saya selalu memimpikan kultur itu segera terbentuk dan tidak ada orang-orang yang mengkhawatirkan keadaaan lingkungan mereka disini. Ada wadah pengembangan diri yang maksimal untuk meng-encourage kawan kawan agar lebih terpacu untuk membagun prestasi yang setelah lama ini redup bahkan nyaris padam. Ini semua datang dari nurani masing-masing. Seberapa jauh kita memperdulikan jurusan dan sahabat sahabat kita yang masih terkungkung dengan sempitnya paradigma akan perkuliahan. Bahwa disini kita bisa melakukan semua hal yang kita mau. Disini adalah tempat kita “berenang dalam lautan ilmu pengetahuan” dan perlu diingat, ilmu pengetahuan tidak hanya berasal dari perkuliahan dikelas, namun dapat datang dari arah manapun.
Sesekali tengoklah lingkungan diluar sana. Lihat mereka dan kita harus merasakan suatu titik dimana kalian merasa iri akan prestasi – prestasi yang telah mereka capai. Buka jendela selebarnya untuk memperlebar mimpi-mimpimu bersama sahabat-sahabat baik yang kita cintai. 

Semangat Kawan
Kita pasti bisa!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram