Orang Pilihan (1)

Kepulangan saya yang cukup singkat kala itu menyisakan cerita yang cukup berkesan. Cerita itu berawal dari sebuah obrolan saya dengan ibu saat waktu senggang siang hari di ruang tamu rumah. Cerita berupa jawaban atas sebuah pertanyaan.
_______
Dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya banyak saya singgung mengenai critical age di masa sekarang ini. Dimana menurut saya sebagian pilihan penting dalam hidup kita akan ditentukan dimasa-masa ini. Jawaban akan sebuah pilihan yang menentukan kehidupan kalian di masa yang akan datang. Ah sudahlah, cukuplah membicarakan tentang kebingungan dan kebimbangan dalam memilih jalan. Sudah cukup pula mengkhawatirkan konsekuensi atas sebuah pilihan yang ditempuh. Itu hanyalah kekhawatiran yang tak membawa dampak apa-apa bagi saya. Yang perlu saya lakukan saat ini adalah terus berbenah dan melakukan apapun yang harus dilakukan untuk kebaikan kita di masa depan.
Ditambah lagi terkadang kekhawatiran tersebut terlalu berlebihan. Hingga membuat saya terjerembab didalamnya, sulit untuk bergerak dan keluar dari kubangan kebimbangan.
Dari sekian banyak hal yang menanti didepan. Ada satu hal yang menarik. Berhubungan dengan hal itu, entah mengapa akhir-akhir ini grup sosial media saya banyak membahas satu topik yang sama. Topik yang selalu hangat untuk dibahas, topik yang sering membuat kita senyum-senyum sendiri dan topik yang sering membuat banyak orang galau dan ‘terbawa perasaan’.
Munculnya topik itu biasanya dipantik oleh kabar gembira yang datang dari salah seorang teman atau kakak angkatan kami, atau bahkan hmm…adik angkatan. Silih berganti berdatangan, satu persatu undangan dipost di room grup. Ya, undangan walimahan-pernikahan bermunculan dalam selang waktu yang tidak lama beberapa minggu terakhir ini. Itulah yang membuat grup-grup yang tadinya sepi menjadi ramai dan riuh. 'Mereka’ begitu seru dan asyik saling kompor mengompori satu sama lain, terutama ternyata yang akan menukah adalah satu angkatan atau adik angkatan. Lalu saya? Saya hanya mengamati menjadi silent reader. Hanya sesekali menimpali canda ditengah padatnya trafic chatting di grup itu. Berpuluh-puluh ucapan selamat secara cepat segera berganti menjadi 'obrolan gurih’. Semua tertarik untuk bicara, saling menanyakan “kamu kapan?”
Kecenderungan akan hal tersebut mungkin banyak dialami oleh banyak orang. Dorongan untuk segera menggenapkan separuh agamanya sudah menjadi hal yang cukup wajar di beberapa lingkungan saya berada. Setidaknya bagi mereka yang menyadari bahwa itu merupakan tuntunan dari Rasulullah SAW serta untuk membentengi Akhlaq yang Luhur dan menjaga dari perbuatan zina. Namun pertanyaannya seberapa jauh kita telah menyiapkan diri kita? sudah sejauh mana kita bersiap untuk menjadi imam dalam sebuah keluarga? sudah sejauh mana kita bersiap menjadi pembimbing serta pendidik bagi istri dan anak-anak kita khususnya dalam hal agama? dan sudah sejauh mana kita selesai dengan diri kita? Pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab sebagai tolak ukur kesiapan kita dalam menyongsong sebuah pernikahan serta menentukan waktu yang tepat untuk mewujudkannya.
Saat-saat seperti ini. Ketika masa transisi setelah usainya amanah-amanah di kampus, saya baru bisa kembali merasakan hidmatnya sebuah kesunyian. Dalam sunyi dan sepi kita akan lebih mudah mengenali diri sendiri. Dalam sunyi dan sepi kita akan dengan mudah bisa merapikan kembali sebuah rasa yang hilang, sebuah rasa tentang pemaknaan kehidupan. Dalam sunyi pula kita bisa menghargai dan mensyukuri akan sebuah mahakarya alam semesta dari rabb sang pencipta. Rabb yang menggenggam secara penuh jiwa jiwa hambanya. Rabb yang kapanpun bisa mematikan kita dan mencabut ketenangan jiwa dan rasa aman hambaNya. Semua dapat dirasakan dan dihayati dengan sangat lembut, selembut cahaya matahari di pagi dan sore hari.
Perenungan saya di masa ini nampaknya lebih dalam dan panjang yang meliputi banyak hal. Khususnya untuk beberapa orientasi: Setelah lulus mau jadi apa? kapan benar-benar fokus belajar agama? dan Kapan nikah? Hmmm untuk yang terakhir itu, nampaknya akhir-akhir ini lebih dominan muncul.
Pada kesempatan libur weekend beberapa waktu lalu, Saya menyempatkan pulang meninggalkan kuliah praktek sejenak untuk berkumpul dan menjenguk keluarga di rumah. Walapun hanya beberapa hari, kepulangan saya saat itu ingin saya gunakan sebaik mungkin untuk berinteraksi dengan ibu bapak dan kakak. Khususnya waktu untuk berbincang dan menceritakan seluruh kegiatan-kegiatan saya selama di tempat Kuliah Praktek dan beberapa tentang pencapaian kuliah di jogja. Beberapa kali pula ibu menceritakan tentang kakak dan rumah tangga barunya. Berbagai hal termasuk beberapa kekhawatiran tentang kakak dan bapak juga dicurahkan. Saya hanya bisa memberi saran dan penguatan-penguatan agar ibu lebih bisa positif dan menjalani masa-masa tua tanpa beban dan senantiasa bersabar. Memang beberapa hal membuat ibu masih memikirkan rumah tangga kakak, ditambah lagi beberapa waktu lalu kakak terkena sakit Abortus Imminens yang mengancam kesehatan kandungannya. Semoga Allah memberikan kemudahan untuk keluarga kami, dan semoga kesehatan dan keselematan senantiasa meliputi mereka.amin.
Ditengah obrolan itu, saya menyelipkan pertanyaan iseng tentang jodoh. Saya beranikan diri. Saya ingin tahu jawaban ibu. Tentang sebuah pertanyaan…

5 komentar:

  1. Waaaa...sang silent reader mulai bicara hahah
    Bapak orang baik dan positif semoga pertanyaan terakhir yang konon 'akhir-akhir ini lebih dominan muncul' terjawab indah dengan cara terbaik oleh Allas SWT yaa pak hihi. Amiin :D

    BalasHapus
  2. Waaaa...sang silent reader mulai bicara hahah
    Bapak orang baik dan positif semoga pertanyaan terakhir yang konon 'akhir-akhir ini lebih dominan muncul' terjawab indah dengan cara terbaik oleh Allah SWT yaa pak hihi. Amiin :D

    BalasHapus
  3. Silent reader -_-
    ga sengaja aja baca di Google plus, haha
    Iya makasih nurul, semoga doa itu juga berlaku untuk dirimu..
    Aamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud saya, silent reader di grup kakaaakkk. Silent reader kalo grup lagi membahas meniqa-meniqa dan jodo-jodo. Bukan silent reader yang lain eheheh :B

      Hapus

Instagram