Bagi saya, pilihan
hidup atas pemilihan profesi atau pekerjaan merupakan salah satu hal yang
sangat-sangat penting. Yang membuat saya harus bertanya pada diri sendiri,
apa yang saya inginkan dalam hidup di dunia ini? Kita tak bisa dengan mudahnya
memilih pekerjaan yang nantinya kita geluti. Jangan-jangan kita tak sadar telah terjerumus pada
arus sungai yang kita tak arahnya kemana atau kita mengikuti jalan yang seharusnya tidak kita ikuti. Saya lebih memilih untuk menguatkan
keinginan saya terlebih dahulu, tentang ada dimana nanti saya akan berkarya,
dan saya akan mencoba konsisten dengan pilihan tersebut. Baru kemudian saya coba membuat arus saya sendiri yang tujuan akhirnya telah saya tetapkan. Dengan
demikian, titik start, alternatif jalur dan titik finish sudah
bisa saya lihat dan rencanakan. Dan saya akan berjuang sekeras mungkin untuk
mencapai itu.
Pertama kali
memilih bidang ini (Teknik Sipil) sebagai keahlian saya, jujur saya tak punya
pertimbangan matang selain prospek kerja. Saat saya
baru lulus SMA, saya belum sama sekali berpikiran untuk apa keahlian saya
nantinya untuk masa depan saya, dalam artian yang lebih luas, tak sekedar
lapangan kerja. Namun setelah belajar dan memahaminya selama 4 tahun, saya baru
sadar bahwa ternyata bidang saya ini amat dekat dengan masyarakat. Mulai dari
namanya saja “Sipil”, dari kata civil yang secara bebas diartikan
penduduk/masyarakat. Seluruh penerapan ilmu ini ujung-ujungnya adalah pada
infrastruktur di semua bidang, mulai dari bangunan secara umum, keairan,
transportasi, dan lingkungan yang itu amat dibutuhkan masyarakat. Dari
pemahaman itu saya semakin mencintai bidang yang saya geluti ini untuk nantinya
saya gunakan untuk kontribusi yang lebih luas. Hingga akhirnya menuntun saya untuk mendalami bidang ini lebih jauh. Dari
sekian bidang perminatan, saya terarahkan untuk menekuni bidang sipil keairan
yang entah kenapa diawali dari “kecelakaan” karena tidak kebagian kelas
permintaan struktur (bidang yang sebelumnya saya inginkan). Semakin jauh, saya
semakin tertarik untuk mendalaminya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
yakni di jenjang S2. Ditambah lagi karena pilihan saya untuk menjadi pengajar
semakin kuat, saya rasa pilihan jalan untuk melanjutkan studi S2 adalah cukup tepat.
Setelah berproses
selama kuliah, dan semakin kuatnya keinginan saya untuk mendalami ilmu ini.
Akhirnya pilihan saya terkait orientasi profesi di masa mendatang adalah jatuh
pada Dosen/ Pengajar. Pilihan untuk menjadi dosen, sebagian besar dilatarbelakangi
oleh hasil observasi saya selama beberapa tahun terakhir ini, tentang bagaimana
kondisi dunia kerja di bidang per-sipilan khususnya konstruksi. Saya coba
benar-benar memahami bagaimana jika saya nantinya menekuni pekerjaan itu.
Sekedar informasi, bahwa mainstream sebagian besar lulusan S1 jurusan
teknik sipil banyak diserap oleh perusahaan-perusahaan khususnya di bidang
konstruksi (infrastruktur) atau di bidang lainnya seperti pertambangan dan
perminyakan baik itu sebagai pelaksana jasa konstruksi (kontraktor), perencana
(konsultan), ataupun pemilik (owner), serta sebagian lainnya di
pemerintahan seperti Kementerian PUPERA, Transportasi dlsb. Dari sekian banyak
lapangan pekerjaan yang bisa dimasuki, kontraktor BUMN menjadi yang paling
populer diantara yang lain, dimana setiap tahunnya bisa sampai 2-4 kali rekrutmen
Management Trainee untuk S1. Bahkan teman-teman seangkatan saya hampir
sebagian besar berbondong-bondong memilih untuk menjadi kontraktor. Hingga di
grup LINE angkatan saat ini, lowongan-lowongan kerja kontrak tidak cukup
menarik karena sebagian besar mereka statusnya sudah pegawai tetap. Jadi
sebenarnya lapangan kerja di bidang ini sangat terbuka luas bagi kita yang
memang ingin langsung kerja. Namun setelah saya coba pelajari bagaimana
gambaran umum pola kerja dari sebagian besar pekerjaan yang saya sebut sebelumnya,
nampaknya saya tidak cukup tertarik. Saya merasa passion saya bukan
disitu. Saya merasa saya bisa berkontribusi lebih maksimal selain
di ranah-ranah tersebut. Saya mencoba mengisi satu slot peran yang itu hanya
dipilih oleh sepersekian orang, yang mengikuti distribusi normal, yakni dengan
menjadi dosen. Selain itu dosen merupakan salah satu mimpi saya, ketika saya
menulisnya 5 tahun yang lalu saat saya baru awal-awal menjadi mahasiswa. Pun
saya rasa dengan mengajar atau dengan menjadi dosen akan mendukung beberapa
mimpi saya untuk jangka panjang salah satunya dengan mendedikasikan sebagian
waktu saya untuk kegiatan lain di luar kerja, seperti menginisiasi
kegiatan-kegiatan berbasis sosial dan kemanusiaan atau semacamnya. Ditambah
dengan pola kerja yang cukup ramah keluarga, artinya saya masih punya waktu
yang cukup untuk digunakan berkumpul bersama keluarga. Hingga akhirnya setelah
melakukan observasi gambaran ranah kerja yang saya inginkan telah
ter-definisikan dengan cukup baik. Yang itu sangat mempengaruhi pilihan salah
satu jalan menghubungkan titik start menuju finish yang terkoneksi dengan
beberapa rencana jangka panjang yang dulu saya tuliskan.
Disamping itu,
menurut saya, salah satu kegiatan yang menyenangkan dan menarik adalah
mengajarkan ilmu kepada generasi selanjutnya. Dari situ kita bisa menanamkan
nilai yang selama ini kita yakini kebenarannya, disamping ilmu-ilmu eksak. Saya
ingin mengisi ruang-ruang kosong pendidikan yang banyak ditinggalkan, yaitu adalah
pendidikan moral dan pemikiran kritis. Dua hal itu yang menurut saya harus
lebih ditanamkan lagi kepada mahasiswa. Dimana ilmu eksak tak akan bisa berdiri
sendiri tanpa adanya modal moral dan pemikiran kritis yang ber-orientasi kan
solusi. Karena selama ini saya amati, poin-poin itulah yang menjadi pembeda sistem
pendidikan di Indonesia dan di luar negeri. Dimana jika di luar negeri
pemikiran terbuka akan permasalahan di sekitar benar-benar dikedepankan
mendampingi kemampuan akademik. Berbeda dengan di Indonesia pada umumnya,
dimana kemampuan akademik masih menjadi nomor satu dan menjadi tolak ukur utama
kualitas lulusan. Padahal di luar sana, telah menanti banyak permasalahan yang
menunggu solusi dari kita, yang kadang tidak cukup dituntaskan hanya dengan
kemampuan akademik namun juga kemampuan-kemampuan softskill yang lain.
Hingga yang paling penting dari itu semua adalah, dimana dengan menjadi dosen
setidaknya saya bisa urun kontribusi untuk mencetak generasi-generasi penerus
yang bisa menjadi agen perubahan untuk bangsa dan agama di tengah keadaan
bangsa yang masih merangkak lambat. Terdengar muluk-muluk, tapi ini menurut
saya yang benar-benar menjadi motivasi bagi saya untuk memilih jalan kontribusi
yang ini.
Akhirnya saat itu
saya sudah mantap dengan pilihan saya dan segera menyelesaikan gap-gap yang ada
dalam diri saya. Memulai persiapan dan langsung melangkah mendekati start,
bersiap untuk berjuang untuk dapat melanjutkan kuliah S2. Sebagai salah satu
opsi yang akhirnya saya pilih, saya memilih untuk melanjutkan kuliah di luar
negeri atas beberapa alasan yang akan saya ceritakan di tulisan selanjutnya.
Ini pertimbangan-pertimbangan yg sempet aku cari berbulan bulan yang lalu...dan ternyata ditulis disini. Very nice pak vemp.
BalasHapus