Kenyamanan Yang Mengelabuhi


Tahun 2017 ini, saya akan memulai fase baru kembali. Fase yang sangat berbeda dari biasanya dan bahkan terbilang sangat luar biasa bagi saya. Dimana hampir pasti saya akan mengalami apa yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Sebuah kondisi dimana saya akan berada di luar garis kenyamanan selama ini.


Dalam beberapa tulisan saya sebelumnya saya banyak membahas tentang istilah zona nyaman. Ya, zona nyaman yang pasti semua orang miliki, sadar atau tidak sadar. Zona nyaman yang secara semu membentuk pola psikologis pada seseorang untuk selalu cenderung ingin ada di dalamnya, karena zona nyaman itu nyatanya memang benar-benar membuat orang merasa nyaman.

Beberapa waktu terakhir ini, akhirnya saya dapat melihat secara jelas garis maya yang menjadi pembatas antara zona nyaman dan zona di luar nyaman, setelah saya mencoba melompat sekuat tenaga untuk keluar dari garis batas zona itu. Hingga akhirnya saya berhasil sampai pada titik terjauh yang bisa saya jangkau saat itu, walaupun harus dengan susah payah untuk mencapainya. Setelah berada di luar zona nyaman, ternyata saya dapat lebih jelas melihat garis batas terluar zona tersebut.

Di saat yang langka bagi saya tersebut, ketika saya ada di titik yang tak pernah saya capai sebelumnya, saya mencoba mengamati dan memperhatikan seberapa lebar zona nyaman yang saya miliki, dan sejauh apa jangkauan yang terbentuk dari garis yang membatasi zona di dalam dan zona di luar nyaman yang saya miliki. Tak cukup hanya mengamatinya dari jauh, bahkan untuk tahu bagaimana perbedaan rasa saat ada di dalam dan di luar, saat itu saya mencoba untuk masuk kembali di dalam zona nyaman saya -sedalam-dalamnya, sebelum dalam beberapa waktu ke depan saya harus kembali pada titik tolakan terjauh saya saat mencoba melompat semaksimal saat itu. Dari observasi tersebut, saya telah cukup memahami dua kondisi yang cukup kontras, ketika saya merasakan kenyamanan yang luar biasa saat ada di dalam zona tersebut dan ketika saya merasakan kondisi yang sangat tak nyaman sama sekali karena beban dan tanggungan yang sangat berat ketika berada cukup jauh dari garis maya kenyamanan.

Kondisi tersebut adalah analogi apa yang saya alami beberapa waktu terakhir ini yang bisa jadi setiap orang sudah pernah atau akan mengalami apa yang telah saya ceritakan di atas, sekali lagi sadar atau tidak. Kita seringkali terlalu larut dalam kenyamanan diri, seakan menutup mata atas apa yang ada di luar sana. Hingga kita memiliki persepsi relatif yang seolah paling benar dan terbaik untuk kehidupan kita ke depan. Namun sayang, persepsi relatif itu ternyata telah lama menutupi keterbukaan dan kejernihan pikiran kita, yakni karena lama tertutupi oleh tempurung yang luarnya tak tampak dari dalam namun bagian dalamnya tampak jelas dari luar. Kita tertutupi atas apa yang terjadi di luar sana, namun pergerakan kita yang sangat lambat dapat dilihat dari luar oleh siapapun. Pernahkah kita merasa bahwa apa yang telah dilakukan oleh orang di luar sana sangat-sangat luar biasa kala kita tak banyak menghasilkan apa-apa di waktu yang sama? Jika pernah, apa yang kemudian kita lakukan untuk merespon hal tersebut? Jawaban dari pertanyaan kedua sangat menentukan apakah kita kemudian terus merasa nyaman dalam tempurung zona nyaman, atau kita kemudian berusaha melompat keluar menembus tempurung atau garis pembatas yang telah lama cukup mampu mengelabuhi kita. Sejauh mana respon kita terhadap ketimpangan tersebut akan menentukan sejauh mana kita akan sampai pada titik terjauh yang kita bisa capai, hingga diri kita telah berubah menjadi pribadi yang lebih baru lagi, pastinya menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan kita saat hanya ada di dalam zona. Itu bisa terjadi karena kita mempunyai jangkauan yang lebih luas, kemampuan melompat dan ketahanan yang lebih baik karena nyatanya di luar halangan dan rintangan akan lebih intensif ibarat terpaan angin yang semakin kuat jika kita menjadi pohon yang lebih tinggi dari yang lainnya.

Pemahaman sejauh mana zona nyaman yang kita miliki amat penting bagi kita untuk memahami siapa diri kita yang sesungguhnya dan sejauh apa kita akan menjadi. Jika kita tetap saja menutup mata terhadap keberadaan zona dan garis maya kenyamanan, maka kita akan terus saja berada dalam tempurung yang membuat kita sangat sakti dan hebat di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram