Menulis di buku saat suasana hening adalah salah satu waktu yang sangat saya sukai. Waktu yang membuat saya sekejap terlelap menyelami imajinasi positif untuk mengantarkan saya pada sebuah mimpi dan harapan dalam keheningan. Terdengar cukup berlebihan, mungkin. Namun memang itu adanya. Saya temukan apa yang sedang saya kerjakan saat ini adalah imajinasi tulisan saya saat itu, tentunya dengan seizin dan pengaturan sang Maha pencipta kehidupan.
Itulah yang membuat saya hingga saat ini saya masih percaya kekuatan tulisan. Tulisan yang dibuat untuk pengingat. Menguatkan memori bahwa saya pernah bermimpi dengan menuliskannya. Kini nyatanya, kumpulan-kumpulan tulisan itu kembali menjadi pengingat yang nyata akan sebuah harapan yang pernah tercipta.
Saat saya menulis ini, terdapat satu harapan, bahwa tulisan ini dapat menjadi sebab kembalinya kebiasaan itu, buku yang selalu mengisi kekosongan aksi. Agar tangan ini tak kembali lari kepada media sentuh yang kadang kosong secara makna. Sebuah pelarian sia-sia.
Hingga nanti, saat semua menjadi sebuah rangkaian cerita, kelak ia akan menjadi sumber hikmah yang bisa dipetik oleh siapapun. Energi tulisan keheningan itu akan mengisi ruang ruang kosong di persimpangan. Memberi clue kemana jalan kepada diri sendiri dan orang lain, akan jalan yang seharusnya dipilih, atas petunjuk-Nya.
Hingga nanti, saat semua menjadi sebuah rangkaian cerita, kelak ia akan menjadi sumber hikmah yang bisa dipetik oleh siapapun. Energi tulisan keheningan itu akan mengisi ruang ruang kosong di persimpangan. Memberi clue kemana jalan kepada diri sendiri dan orang lain, akan jalan yang seharusnya dipilih, atas petunjuk-Nya.
Menulis adalah "mengabadikan" cerita. Cerita kebaikan yang sejatinya untuk diri kita sendiri. Dengan menulis, kita dapat lebih mengenali diri sendiri. Menulis juga mengajarkan kejujuran. Menulis apa adanya adalah kemampuan kita untuk mengenali diri kita secara lebih dalam. Apakah tulisan kita akan bermanfaat untuk orang lain adalah merupakan implikasi sejauh mana kita jujur dalam menulis. Karena menulis adalah pekerjaan hati.
Membaca tulisan ini bikin pingin nangis. Seperti tamparan buat diri sendiri yang terlalu cuek untuk menghasilkan tulisan. Terima kasih ya
BalasHapus