Tentang Maksud


Pagi itu, suasana lab masih sepi. Belum ada satupun mahasiswa yang datang dan memulai perkerjaannya. Hanya ada dua profesor (sensei) kami yang memang selalu datang lebih awal dari para mahasiswa mereka, dan dua satu staf administrasi yang setiap harinya datang sekitar pukul 08.00 pagi. Saat itu waktu sebenarnya sudah menunjukkan pukul 9.30, yang bagi saya itu sebenarnya sudah siang. Tapi seperti biasa, apalagi dalam suasana liburan musim panas seperti ini, para mahasiswa mungkin akan datang agak siang, atau bahkan tak datang sama sekali di hari itu untuk melanjutkan liburan mereka masing-masing.

Sesaat saya sampai, saya ucapkan selamat pagi pada staf administrasi yang selalu menyambut siapapun yang datang dengan tatapan wajah dan ucapan salamnya. Saya lepas sepatu dan menaruhnya di rak sepatu persis dihadapan pintu, kemudian saya segera nyalakan lampu hanya di bagian meja saya, dan membiarkan sisanya tetap mati. Bagian yang lain seperti ruangan sensei kami dan spasi staf administrasi memang sudah menyala sebelumnya. Ruangan lab kami yang cukup luas sekitar total 7 x 10 meter, terbagi menjadi dua ruangan bilik sensei, spasi untuk staf administrasi dan sisanya ruangan luas berisi meja dan komputer kerja para mahasiswa master dan Undergraduate tahun ke-4, sedangkan untuk ruangan doctoral terpisah di ruangan yang lain.

Saat itu memang saya putuskan untuk datang lebih awal. Ya, memang untuk ukuran lab kami sekitar jam 9 itu tergolong masih cukup pagi. Artinya pasti baru ada dua-tiga mahasiswa yang datang di jam tersebut. Jika memang tak ada pekerjaan penting untuk diselesaikan biasanya para mahasiswa datang setelah pukul 11. Sedangkan saya sendiri rata-rata datang jam 10, dan tidak jarang lebih pagi dari itu. Pada dasarnya saya tak terbiasa datang siang. Jika bukan karena harus menyiapkan bento makan siang, saya mungkin akan datang lebih pagi lagi.

Setelah menyalakan lampu, saya berjalan kembali menuju meja dan kursi saya yang letaknya sangat dekat dengan pintu utama. Saya taruh tas di bawah meja dan mengatur napas sejenak karena sebelumnya saya menempuh perjalanan kaki yang cukup membuat saya berkeringat karena kondisi cuaca juga cukup panas dan lembab. Saya bersandar sejenak di kursi. Sambil mengamati sejenak kondisi sekitar. Setiap orang yang keluar masuk pasti akan terlihat dari bangku saya, karena letaknya memang menghadap persis ke depan pintu dan ruang sensei serta staf administrasi. Setiap mahasiswa yang lalu lalang juga pasti melalui depan atau belakang saya. Dan di saat-saat itulah saya lebih memiliki kesempatan lebih untuk sekedar menyapa "Ohayou Gozaimasu" (selamat pagi) dan "Otsukaresamadeshita" (selamat sudah bekerja keras hari ini) ketika mereka meninggalkan lab di hari itu. Posisi meja saya adalah posisi yang strategis bagi saya, namun ternyata tak banyak disukai oleh teman-teman lab lainnya. Bahkan sebelum posisi meja itu saya tempati, tak satupun yang menggunakannya. Dan ketika suatu hari ada pengacakan tempat duduk yang setiap semesternya kita lakukan, tak ada yang mengingkannya. Biasanya para mahasiswa tingkat akhir yang fokus menyelesaikan tugas akhir akan memilih meja di pojok ruangan yang mereka sebut sangat nyaman dan biasanya ditempati secara bergiliran oleh mahasiswa yang sudah akan lulus. 

Saya duduk selama beberapa menit sambil menyalakan CPU dan monitor komputer saya. Butuh waktu beberapa menit untuk sampai pada desktop dan membuka software yang saya gunakan untuk riset saya. Suasana lab masih sama, cukup lengang di bagian ruang kerja mahasiswa. Selama beberapa menit berselang, belum ada satupun mahasiswa yang datang.

"Syukurlah" gumam saya waktu itu, ketika mendapati belum ada satupun mahasiswa yang datang. Hari itu adalah hari yang saya tunggu-tunggu selama beberapa hari terakhir semenjak liburan seminggu musim panas. Dimana saya ingin bertemu sensei saya, bukan untuk urusan riset, namun tentang hal lain. Selama ini, komunikasi kami sebagian besar hanya sebatas riset. Obrolan di luar itu hanyalah bumbu pembicaraan ketika saya laporkanan hasil riset yang biasanya dilakukan tiap dua minggu. Namun pagi itu menjadi berbeda, ketika saya berniat membicarakan hal lain.

Hari itu adalah sehari setelah sensei saya datang dari kunjungan lapangan ke Myanmar. Saya memang sengajakan untuk menemui sensei saya pagi-pagi sekali di hari itu. Saya ingin bertemu beliau dalam keadaan yang masih cukup fresh dan belum banyak orang di lab. Entah kenapa memang di kesempatan seperti itulah yang ideal bagi saya untuk pertemuan pagi itu. Saya bisa lebih nyaman untuk menyampaikan maksud pertemuan saya kepada beliau.

Saya pun bersiap. Menyiapkan kata-kata yang tepat untuk disampaikan ke beliau. Saya hanya bergumam sendiri dan memilih kira-kira kalimat seperti apa yang bisa saya sampaikan ke beliau agar maksud tersampaikan dengan baik dan mulus. Seperti biasa saya cukup tak terlalu piawai untuk menyusun kata-kata dan menuliskannya sebagai sekedar draft presentasi atau untuk sebuah tpik pembicaraan. Saya lebih sering hanya memikirkan beberapa kosa kata yang bisa saya gunakan dan membiarkan diri saya sendiri untuk menyusun kata-kata saat berbicara. Bagi saya itu akan melatih otak saya untuk lebih berpikir dan berimprovisasi sendiri saat berbicara, khususnya dalam komunikasi bahasa inggris selama menjalani studi di sini. 

Tak butuh waktu lama saya segera beranjak dari kursi dan bergerak menuju ruangan sensei saya yang letaknya disamping persis ruangan sensei kepala kami dan di depan persis meja staf administrasi. Saya berjalan mendekati pintu beliau dan memutar badan ke kiri menghadap pintu masuk. Tampak sensei saya sepertinya tengah asyik mengerjakan sesuatu sambil mengenakan earphone-nya di depan monitor Mac 27 inchi nya yang hampir menutupi setengah badan beliau. Saya ucapkan salam selamat pagi agak lirih. Saya tunggu respon darinya, hingga sepersekian detik setelahnya beliau menyadari keberadaan saya. "Can I talk to you for a while, sensei?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram